26 Juni 2016

Mengenal Hitungan Paririmbon Jawa

Indonesia merupakan Negara yang mempunyai kepercayaan mistik yang tinggi, baik itu berupa ramalan, hal-hal yang bersifat gaib dan sebagainya. Kepercayaan tersebut bisa didasari oleh faktor keturunan yang biasanya orang tua mengajarkan anaknya untuk mengikuti kepercayaan yang dianutnya. Salah satu kepercayaan di Indonesia yang berkaitan dengan seni menghitung adalah paririmbon.


Istilah Primbon di lingkungan masyarakat sudah tidak asing lagi kita dengar.  Definisi Primbon memang sangat singkat,  yaitu sebuah ramalan berdasarkan sebuah teori yang dimiliki oleh orang Jawa, namun demikian primbon sangat lekat bagi sebagian masyarakat berdarah Jawa. Primbon adalah sebuah perhitungan yang sifatnya meramal yang dalam hal ini biasa digunakan oleh orang Jawa, sehingga primbon itu identik dengan orang Jawa.
Bagi orang Jawa, angka 0 - 9 itu semuanya sama baiknya dan tidak ada yang dianggap angka naas, angka celaka, atau angka pantangan yang harus dijauhi. Namun demikian, menurut pakar kejawen Drs. Subalidinata, banyak bukti bahwa konsep sembilan dinilai keramat. "Ambil contoh isoteris bagi sistem kepercayaan  orang Jawa masa lalu, mereka percaya terdapat sembilan dewa penguasa mata angin terdiri dari delapan dewa penjuru mata angin dan satu dewa di pusat. Dewa penguasa mata angin itu berjumlah sembilan yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda.Di antara jumlah sembilan dewa tersebut yang paling dihormati adalah dewa tertinggi yang berada di tengah yaitu dewa kesembilan."

Konsep sembilan itu, menurut Subalidinata, berpengaruh juga terhadap aspek kelahiran anak manusia, artinya, orang Jawa masa lalu sangat bangga dan mengharapkan sekali jika anaknya lahir pada hari dan pasaran yang mengacu pada perhitungan nilai atau neptu jumlah sembilan. 



Jatuhnya Weton (Hitungan Kelipatan 5)



Hitung hitungan ini berfungsi untuk : cari jodoh, kecocokan dalam rumah tangga dll.

Misal ada orang mau menikah :


Dari tabel di atas bisa dilihat total angka yang dimiliki laki-laki dan wanita, lalu jumlahkan 17+11=18. Jadi jatuhnyaweton di papan/rumah.

Hitungan ini juga bisa di fungsikan sebagai sarana pencarian jodoh yaitu konsep weton atau hari kelahiran yang memiliki nilai kelipatan sembilan yang jatuh pada hari pasaran Sabtu Pahing.
Baik saya akan beri contoh, jika sesesorang lahir hari Sabtu 9 pahing 9, jadi 9 + 9 = 18, sama dengan 1 = 8 = 9. "Konsep sembilan ini juga menjadi pilihan orang Jawa masa lalu untuk mendirikan rumah, menentukan hari pernikahan, dan sebagainya.
Perjodohan yang ideal bagi orang Jawa dulu itu harus berkelipatan sembilan. Artinya, hari kelahiran suami ditambah hari kelahiran istri yang baik berkelipatan  9. Misalnya, jika si Udin kelahiran Rabu wage yang memiliki nilai 11 (Rabu 7, wage 4), maka jodoh yang dianggap ideal, istrinya seharusnya memiliki nilai kelahiran 7 atau selasa wage (selasa 3, wage 4). Jadi hari kelahiran suami 11 + hari kelahiran istri 7 = 18 = 9. Atau bisa juga si istri itu memiliki hari pasaran bernilai 16 yang jatuh pada rabu pahing, supaya berjumlah 27 = 9. Ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih banyak makna angka dari masing-masing hari, Saya telah mewawancarai seseorang yang bernama ustad Syarif hidayatullah.

Dari  hasil wawancara tersebut saya mendapatkan penjelasan bahwa:
  1. Senin berjumlah 4, menurut kepercayaan jawa manusia mempunyai empat saudara yaitu: mutmainah (putihnya air), amarah (merahnya darah), supiah (kuningnya angin), alua manah (hitamnya tanah).
  2. Selasa berjumlah 3, manusia memiliki sifat 3 perkara, hidup, rasa dan raga.
  3. Rabu berjumlah 7, angka tujuh bersemayam pada jumlah hari, yaitu: senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Dan juga dengan adanya rambut, kulit, daging, tulang, sumsum, urat dan darah.
  4. Kamis berjumlah 8, bersemayam pada windu (8 tahun) atau wali wolu yang mana di jawa pemahaman wali yang benar hanya 8 orang.
  5. Jumat berjumlah 6 (enam/nem) bersemayam pada bayangannya, dan bila di artikan maka menjadi arah mata angin, yaitu: timur, barat, utara, selatan, bawah dan atas.
  6. Sabtu berjumlah 9, pengertiannya seorang bayi berada dalam kandungan ibunya selama Sembilan bulan.
  7. Minggu berjumlah 5, bersemayam bila dijabarkan terdapat pada jenazah dan empat orang yang membawa/memikul keranda.
Penjelasan diatas juga sama dengan pasarannya yaitu legi pahing pon wage dan kliwon. 

Setelah mengetahui penjelasan dari ustad Syarif hidayatuloh , saya mencoba mempraktekan perhitungan jawa kepada teman saya untuk mengecek bagaimana cocok atau tidaknya hubungan 
teman saya ( laki-laki )dengan pacarnya (Perempuan) :
Teman saya lahir pada hari rabu kliwon, Rabu mempunyai nilai 7 dan kliwon 8. Bila dijumlahkan menjadi 15.
Pacar teman saya lahir hari selasa pahing, Selasa mempunyai nilai 3 dan Pahing 9. Bila dijumlahkan menjadi 12.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa weton merupakan titik acuan untuk mengetahui cocok atau tidaknya pasangan dalam hitungan jawa.
Weton = nilai hari + nilai pasaran 
Jika weton laki-laki >dari weton wanita maka menurut kepercayaan orang jawa hubungan mereka akan cocok. Karena lelaki merupakan imam yang pantas untuk seorang wanita.
Jika weton wanita > dari weton laki- laki maka sangat tidak cocok menurut kepercayaan orang jawa karena tidak sesuai dengan ketentuan bahwa imam sesungguhnya adalah lakilaki.

Dari contoh diatas kita mengetahui bahwa Weton teman saya (laki-laki) >dari pada pasanganya (perempuan) yaitu 15>12. Dan jika mengacu kepada konsep 9, mereka juga cocok karena weton mereka berjumlah 27 yaitu kelipatan 9.

Nah selanjutnya saya akan menjelaskan atau memaparkan sebuah perhitungan yang lain, dimana perhitungan ini ada sangkut pautnya dengan perhitungan yang sudah dipaparkan diatas. 

Perhitungan ini merupakan perhitungan yang berhubungan dengan materi sistem numerasi ijir, dimana perhitungannya hampir sama yaitu numerasi ijir menggunakan turus atau dengan pengumpulan kerikil, nah perhitungan ini juga dahulu zaman nenek moyang menggunakan sebuah potongan lidi yang dikumpulkan. Karena zaman nenek moyang dulu perhitungan mereka terbatas hanya menggunakan jari mereka, sehingga ditemukanlah perhitungan ini oleh seorang ulama tersohor yaitu K.H. Mama Khoer Affandi, tutur Kaman, seorang tabib di Tasikmalaya. K.H. Mama Khoer Affandiadalah seorang pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Beliau lahir pada tanggal 12 September 1923 di Desa Cigugur, Ciamis.  Ayah beliau bernama Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’i yang masih mempunyai keturunan dari Raja mataram. Ibu beliau bernama Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut. K.H Mama Khoer Affandi meninggal dunia pada tanggal 26 November 1994.
 
K.H Mama Khoer Affandi

Menurut K.H Mama Khoer Affandi perhitungan ini didasarkan pada waktu, hari, dalam istilah bahasa sunda adalah naktu poe (kepala hari) atau nilai, nama pasaran neptu dan arah mata angin. 

Dalam perhitungan ini disediakan tabel untuk mempermudah hitungan.
Keterangan :

1. Simbol
Penamaan simbol simbol berikut bukan berasal dari nenek moyang, melainkan dari pengembang perhitungan ini yaitu, K.H Mama Khoer Affandi. Karena nenek moyang dahulu tidak menjelaskan tentang nama simbol tersebut. Nah K.H Mama Khoer Affandi berfikir untuk mempermudah perhitungan dan pelafalan dari simbol beliau menamakannya sebagai berikut: 
  • [: :]
Simbol ini bisa disebut dengan mata empat. Dimana mata empat ini diartikan sebagai “Dunia” atau segala kebahagiaan didunia yang sangat melimpah, baik itu dari segi harta, kehidupan, rezeki, ilmu pengetahuan dan sebagainya. 

Simbol ini bermakna bahwa jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan didunia, banyak caranya dimana untuk mencari kebahagiaan dunia bisa kita cari dari semua manahab atau dari semua arah. Seperti simbol mata empat ini sama dengan arah mata angin yaitu Utara, Barat, Selatan dan Timur. 
  • [ / ]
Simbol ini disebut seperti yang kita tahu dalam tanda baca yaitu garis miring. Garis miring ini diartikan dengan “Halangan”  kenapa artikan dengan halangan karena sama seperti lambangnya yang seperti kayu menghalang nah itu bisa dikatakan bahwa dalam menjalankan sesuatu banyak halangan yang akan menghadang. 
  • [ . ]
Simbo  ini disebut titik. Titik ini diartikan dengan “Mati atau Celaka”. Kenapa diartikan dengan celaka? Karena seperti pada fungsi tanda baca titik itu adalah berhenti, maka dalam perhitungan ini juga titik tersebut diartikan mati atau celaka.
  • [ x ]
Simbol ini adalah “kali”. Kali ini diartikan dengan Rezeki, maksud dari kali ini diartikan dengan Rezeki.

Rezeki yang diartikan pada simbol ini tidak semelimpah yang disebutkan pada simbol mata empat. Rezeki disini hanya sebagian kecil saja.  
  • [ s ]
Simbol ini dibaca “Es”. Yang bisa diartikan dengan “Suwung” atau dalam Bahasa Indonesia adalah “Kosong”. Maksud dari suwung atau kosong tersebut adalah tidak mendapatkan apa-apa.     

2. Arah Mata Angin
Simbol arah mata angin ini ada 4 saja, tetapi penempatan simbol tersebut berbeda setiap harinya. 
  • Hari Jum’at
  1. Arah utara disimbolkan dengan (.) artinya pati ataucelaka
  2. Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah timur tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya sama dengan arah selatan berarti ngisi atau ada.
  • Hari Sabtu
  1. Arah utara disimbolkan dengan (.) artinya pati atau celaka
  2. Arah timur disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah timur. 
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
  4. Arah barat disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah barat tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  • Hari Minggu
  1. Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa. 
  2. Arah timur disimbolkan dengan (.) artinya pati ataucelaka
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya sama dengan arah selatan berarti ngisi atau ada.
  • Hari Senin
  1. Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  2. Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah timur tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
  • Hari Selasa
  1. Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  2. Arah timur disimbolkan dengan (.) artinya pati atau celaka
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah barat. 
  • Hari Rabu
  1. Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
  2. Arah timur disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah timur. 
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (.) artinya pati atau celaka
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
  • Hari Kamis
  1. Arah utara disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah utara. 
  2. Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa. 
  3. Arah selatan disimbolkan dengan (.) artinya pati atau celaka
  4. Arah barat disimbolkan dengan (=) artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan sesuatu jika kita pergi ke arah barat
Baik saya akan memberikan contoh: 
  • Misalkan ayah saya ingin pergi mencari nafkah pada hari jum’at, supaya mencari nafkahnya lancar tanpa ada halangan atau mendapatkan hasil yang memuaskan bisa dilihat dari tabel hitungan, yaitu pada jam 9, 10, 11 atau pada jam 4, 5 sore.
  • Misalkan bu Ani ingin menagih hutang ke pa Yana di Bandung pada hari Rabu, untuk mengantisipasi ibu Ani melihat tabel hitungan untuk mendapatkan hasil dari menagih hutang bu Ani haruspergi pukul 9, 10, 11 atau pada pukul 3, 2 sore. Dalam arah mata angin ibu Ani harus pergi ke arah timur atau ke arah barat supaya dapat hasil yang memuaskan.
Begitulah kira-kira contoh dari pengaplikasian tabel perhitungan tersebut, mudah dan gampang untuk dipakai. 
Berikut adalah istilah-istilah yang biasa digunakan seseorang apabila akan mempunyai hajad, seperti:

  • Bercocok tanam hitungannya: Suku, Gajah, Buta, WATU artinya suku (diinjak) jelek, gajah (hambur atau boros) jelek, buta (serakah) jelek, watu (cukup) baik. Jadi jika ingin bercocok tanam harus menginjak pada hitungan watu. 
  • Panen atau Dagang hitungannya: SRI, LUNGGUH, DUNYA, Lara, Pati artinya sri (padi) baik, lungguh (kalem) baik, dunya (dunia) baik, lara (sakit atau sengsara) jelek, pati (celaka) Jadi jika ingin panen atau berdagang harus pada hitungan sri, lungguh, dunya. 
  • Duduk Ris (awal membangun Pondasi rumah) hitungannya: BUMI, JALMO, Wono, Praloyo. 
  • Ngedeg’ake Griyo (mendirikan rumah), hitungannya: KERTO, Yoso, CANDI, rogoh, sempoyong.
  • Buka Usaha, hitungannya: SANDANG, PANGAN, Loro, Pati. 
  • Membeli barang/ Bibit, hitungannya: SRI, kitri, GONO, liyeh, pokah. 
  • Bersihan/Tingkepan, hitungannya: KERTO, WILOBO, uruhan, unen. 
  • Orang sakit, hitungannya: BEJO, BANYU, petak, tangis. 
  • Bepergian, hitungannya: kliyek, MANTEK, jolo, KEMIL. 
  • Membeli hewan ternak, hitungannya: SUKU, watu, Gajah, sungu. 
  • Mimpi, hitungannya: GUNUNG, guntur, SEGORO, asat. 
  • Manten/Jodoh, hitungannya: pegat, JODOH, wayuh.
Kesimpulan uraian diatas adalah,  bahwa perinsip hitungan paririmbon diatas berkaitan dengan konsep matematika yaitu modulo atau berhubungan dengan sisa hitungannya. Sedangkan pada gambar perhitungan yang dikemukakan oleh K.H Mama Khoer Affandi, tutur Kaman, lebih mengarah pada sistem numerasi ijir, di mana media yang digunakannya adalah lidi atau batu kerikil. Namun kita selaku manusia yang mempunyai agama dituntut untuk jangan terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu. Serahkan urusan jodoh, rezeki dan sebagainya kepada Tuhan yang penting kita berusaha dengan bersungguh-sungguh dan berikhtiar serta berfikir secara logis dan tidak tergesa-gesa dalam menentukan atau memutuskan sesuatu hal, sehingga hasil yang akan diperoleh bisa maksimal.

Penulis sangat sadar bahwa dalam penulisan artikel ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis setelah pembaca memahami isi dari artikel yang saya buat,  makna dari dasar penentuan nilai jam belum terjelaskan. Saya meminta agar pembaca untuk mengembangkan persoalan yang belum terpecahkan ini.
Terimakasih.

Foto Observasi
Bapa Nunu Supriatna

Dikirim Oleh : Dewi Agustina 
dewia363@gmail.com
Revisi dari Rafly Dwini Firmansyah Rafly
firmansyah69@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan R, 2009. Primbon Lengkap dengan perjodohan, Division,
    Yogyakarta.
Anatawanie, oni. Kita bprimbon (tanpa tahun) <Online> tanggal20 juni tersedia
    dejokercool.blogspot.com
Alwib.net/alamat-uwa.ajengankhoer-affandy/
Supriatna Nunu.Buku Catatan Paririmbon.

#Essai_Teori_Bilangan
#Matematika_Unsil

FloMath: Inspiring of Mathematic
EmoticonEmoticon